Perkumpulan Penggajoeh Oetama


Koboi Banten

Perkumpulan organisasi modern untuk memajukan pendidikan dan perekonomian masyarakat Banten antara tahun 1928 - 1931 tidak hanya terjadi di Jakarta dan Bandung yang diketahui sebagai kota besar sekaligus barometer perkembangan masyarakat Banten. Tetapi juga salah satunya di Ciruas, Serang.

Dari sebuah kota kecil inilah lahir pula organisasi yang bernama Penggajoeh Oetama, himpunan para Abtenar dan pedagang yang tinggal di Ciruas untuk meningkatkan pendidikan orang Banten.

Seperti oeganisasi modern lainnya, himpunan ini memiliki struktur pengurus yang terdiri Ketua, wakil ketua, sekretaris dan bendahara. Para personil yang menduduki jabatan dalam struktur pengurus tersebut masing-masing R. Soerjadi, Tb. Perbatakoesoema, M. Warno, H. M. Totong, M. Saidjam dan M. Kartowardojo.

Profesi pengurus perhimpunan ini beragam, R. Soerjadi adalah seorang pengawas pengairan. Sementara Tb. Perbatakoesoema adalah seorang mantri pajak. M. Kartowardojo adalah seorang mantri air, M. Warno dan M. Saidjam bekerja sebagai guru bantu, sedangkan H. M. Totong sendiri adalah seorang pedagang.

Pendirian Sekolah di Ciruas oleh Penggajoeh Oetama (1929)

Concern perkumpulan ini terhadap pendidikan dibuktikan dengan inisiatif untuk mendirikan sebuah sekolah setingkat H.I.S partikulir pada tanggal 1 Agustus 1929 di Ciruas. Murid-murid yang belajar di sekolah ini berasal dari daerah Ciruas dan sekitarnya. Para guru yang mengajar di sekolah ini salah satunya adalah M. Warno dan M. Saidjam.

Sayangnya, tapak jejak sekolah dimaksud sudah tak lagi dapat kita lihat, karena kini bekas bangunannya itu dengan berbagai alasan kajian dan kepentingan juga kebijakan Pemerintah Kabupaten Serang telah dirobohkan serta digusur sekitar tahun 2003 lalu untuk perluasan pasar dijadikan kios pertokoan yang kepengelolaannya justru diserahkan kepada pihak pengusaha. Namun sayang, bukan menambah tata kelola yang sehat, justru sekarang malah menambah dampak sosial di sekitar masyarakat seperti halnya kemacetan.

Padahal jika dilestarikan, bangunan cagar budaya ini dapat membantu kita memberikan informasi tentang sejarah pendidikan di Banten dan dianggap sebagai bukti mendalamnya spirit di dada sebagian warga Banten untuk memerangi kebodohan demi mencapai kemajuan di bidang pendidikan.
(Soerosowan, 1930: 16).
(bantenologi.org)

Komentar

Postingan Populer